Tag

,

Kamis, 9 Oktober 2008 pagi, saya buktikan sendiri bahwa di Mesir ada jalan bernama Jalan Ahmad Soekarno. Sebelumnya, saya hanya mendengar “katanya-katanya” dan tidak tahu persisnya di mana letak jalan itu.

Saya berangkat naik taksi. Saya bilang kepada sopirnya, “Antarkan saya ke Jalan Soekarno. Saya tidak tahu tepatnya di mana, tapi kira-kira di Giza,”

Saya dan Sopir Taksi sama-sama memerhatikan tiap jalan yang kami lalui. Tak terhitung berapa orang yang kami tanya. Saya katakan kepada Sopir Taksi bahwa saya harus bertemu jalan bersejarah itu. “Berapapun, saya akan bayar, yang penting ketemu Jalan Soekarno,” ucap saya meyakinkan.

Setelah mondar-mandir kesana-kemari, akhirnya kami berhasil menemukan jalan yang kami cari. Tertulis nama Syari’ Ahmad Soekarno atau Jalan Ahmad Soekarno. Letaknya bersebelahan dengan Jalan Sudan, Daerah Kit-Kat Agouza Geiza. Jalan ini bisa dicapai dari kawasan mahasiswa di al-Hay al-Asyir (Sektor 10) Madinat al-Nashr (Nasr City) dengan menaiki bus hijau nomor 109 dan 167.

Saya senang sekali. Karena ini merupakan pekerjaan pertama yang belum dilakukan oleh orang-orang Indonesia di Mesir. Bisajadi ada di antara mahasiswa yang sudah pernah melihat jalan itu, namun hanya karena faktor kebetulan pas lewat. Dan, ketika ditanya di mana letaknya, mereka hanya mengira-ngira.

Kalau jalan itu tidak terkenal dan familiar di kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir, bisa dimaklumi karena letaknya jauh dari jangkauan aktifitas mereka. Bukan jalan yang tiap hari mereka lalui dalam perjalanan pulang dan berangkat ke kampus.

Begitu saya bertemu jalan tersebut, saya langsung ambil gambar dari segala posisi. Setelah jeprat-jepret sana-sini, saya lalu bertanya kepada orang-orang yang berada tak jauh dari lokasi itu. “Sejak kapan jalan ini bernama Jalan Ahmad Soekarno? Kenapa diberi nama Jalan Ahmad Soekarno?”

Menurut beberapa orang yang saya temui, rata-rata mereka tidak tahu persis sejak kapan ada nama jalan itu. “Sejak dulu sudah ada jalan itu,” jawabnya.

Setelah saya pastikan bahwa orang-orang yang tinggal di daerah itu, tidak tahu-menahu soal sejarah jalan itu, saya langsung menuju Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo. Saya print out foto Jalan Ahmad Soekarno dan saya beritahukan kepada Duta Besar AM Fachir. Beliau tampak tersenyum melihat foto itu.

Saya kemudian kabarkan berita Jalan Ahmad Soekarno di milis-milis yang saya ikuti. Saya merasa perlu menyebarluaskan berita itu agar diketahui masyarakat Indonesia, baik yang di Tanah Air maupun yang di Mesir. Hal ini sesuai seruan Hadits Nabi, li-Yuballighis Syaahidu minkum al-Ghaaiba. Hendaklah orang yang hadir dan menyaksikan di antara kalian itu menyampaikan kepada orang yang tidak hadir dan tidak tahu.

Beberapa bulan kemudian, saya ditelpon Pak Danang Waskito, Diplomat KBRI Kairo yang menanyakan alamat Jalan Ahmad Soekarno. Katanya, ada rombongan DPR RI yang sedang berkunjung ke Mesir. Setelah mendengar cerita keberadaan jalan itu, para Wakil Rakyat tertarik untuk melihatnya dan mengambil gambar.

Untuk diketahui, Presiden Indonesia pertama dikenal di Mesir dengan nama Ahmad Soekarno. Penambahan nama Ahmad dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia di Mesir untuk memperkuat nuansa keislaman sehingga menarik perhatian masyarakat Mesir bahwa Presiden Indonesia beragama Islam, seragam dengan nama Wakil Presiden yang diawali nama Mohammad, lengkapnya Mohammad Hatta. Keduanya (Ahmad dan Muhammad) merupakan nama-nama Islami.

Ketika itu tahun 1945, para mahasiswa sedang giat-giatnya mendekati para pejabat dan rakyat Mesir supaya memberikan pengakuan kemerdekaan. Apa artinya Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 jika tak ada satu negara pun di dunia yang mengakuinya. Karena syarat berdirinya sebuah negara, di antaranya adalah pengakuan internasional. Syukurlah, perjuangan para mahasiswa Indonesia di Mesir tidak sia-sia. Mesir tercatat sebagai negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

10 tahun setelah merdeka, Presiden Ahmad Soekarno melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya ke Mesir. Tepat hari Senin, 18 Juli 1955 Proklamator Kemerdekaan RI menginjakkan kaki di Negeri Piramida. Kunjungan itu mendapat sambutan luar biasa, baik dari Perdana Menteri Gamal Abdel Nasser dan jajaran pemerintah maupun rakyat Mesir pada umumnya.

Setelah kunjungan perdana itu, Presiden Soekarno kembali mengunjungi Mesir pada 1958, 1960, 1961, 1964 dan terakhir 1965. Pada masa Soekarno-Nasser itulah hubungan Indonesia-Mesir mencapai puncak keharmonisannya. Tak heran, jika seringnya berkunjung ke Mesir, membuat nama Presiden Soekarno begitu harum di mata pemerintah dan rakyat Mesir, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Mesir.

Foto-foto Jalan Ahmad Soekarno dimuat juga dalam buku “Potret Hubungan Indonesia-Mesir”, terbitan KBRI Kairo, tahun 2009, yang saya terlibat dalam penyusunannya.